Jumat, 02 Desember 2011

When Others Rely On You



Aku belajar sesuatu yang baik lagi dari Mi,

Ceritanya begini,

Beberapa hari yang lalu Mi cerita lewat telepon. Berhubung hanya itu satu-satunya media komunikasi yang paling efektif untuk kondisi kita yang berjauhan selama hampir 4 bulan ini. Mendengarkan ceritanya mengenai kegiatannya di tempat nun jauh disana menjadi sesuatu yang sangat menghibur walaupun tentunya tdak cukup kalau belum bertemu langsung. Miss you beiby.

Pada awalnya Mi lagi kesel karena merasa dikerjain dan tidak dianggap oleh orang kantor atas usahanya sebagai panitia di suatu kegiatan di kantor. Sebenarnya kalau gak ada pemicu yang Mi gk akan bete & kesel sih.

Pemicunya adalah anggota di luar kepanitian yaitu member LEN* A**, yaitu yang pekerjaannya adalah mendokumentasikan kegiatan, mengajukan proposal budget yang nilainya cukup besar langsung disetujui oleh kantor, padahal menurutnya, itu gak fair karena mereka kerjaannya gak terlalu berat dan hasilnya tidak terlihat. Sedangkan Mi yang sebagai panitia dan organizer utama sekaligus MC, yang pekerjaannya jauh lebih ruwet dan berat tidak pernah diberi imbalan ( dalam hal ini uang ) yang pantas. Bahkan sering kali harus ‘nombok” untuk menambal keperluan kepanitian, seperti make up dan kostum sebagai MC. Inilah yang menjadi pemicu kenapa Mi kesal dan Bete, yang tentu saja sebagai suami yang insya Allah baik dan selalu berusaha menjadi lebih baik, wajib menjadi pendengar yang baik pula.

Sebenarnya kalau mau dipikirkan lebih dalam, Mi memiliki beberapa bargain point (nilai tawar / jual) yang bisa dimanfaatkan dalam kondisi seperti ini ( analisis mode : ON ) :

a. Mi memiliki kemampuan sebagai organizer acara dan sejauh yang aku rasakan kerja bareng di kepanitian di kantor lama ( acara Dai Cash – nostalgia masa masa awal perkenalan : ) ) mampu memanage semua anggota kepanitiaan dengan baik

b. Mau dan mampu mendengar saran dan memberikan feedback ( walaupun kadang kukuh n menjurus ke ‘ngeyel’ juga dengan pendirian pribadi hehehe, tapi masih acceptable lah) serta mampu untuk didengarkan orang lain dengan baik,

c. Mi bertipikal administratif woman yang cermat ( bendahara yang baik dalam kantor maupun rumah tangga : ) ).

d. Good Planner and Executioner (kurva Rencana dan actual memiliki prosentase deviasi/ penyimpangan yang kecil).

e. Pembicara / orator yang baik (oleh karenanya mampu menjadi MC yang baik pula).

f. Resourceful

Dari hal-hal diatas, menyebabkan Mi menjadi seseorang yang dibutuhkan, dalam kasus ini adalah dalam kepanitiaan. Orang-orang sangat rely on her. Nah ini yang seharusnya bisa dimanfaatkan.

Menurutku ada kalanya kita bekerja dengan ikhlas tanpa pamrih apa-apa. Tapi jika sudah terkait dengan ke profesionalisme-an, hal ini akan sedikit berbeda. Begitu yang kudapat dari kuliah NLP ( Neuro Linguistic Program ) saat pendidikan calon pegawai beberapa bulan yang lalu. Di situ dijelaskan perbedaan antara profesional dan amatir. Profesional menekankan kata dasarany yaitu ‘profesi’ yang mementingkan adanya ‘nilai’ / ’bayaran’. Beda dengan amatir yang sejauh aku tangkap adalah menekankan kepada hobi dan tidak mementingkan adanya ‘nilai’ / ’bayaran’ itu tadi. Walaupun apa yang dilakukana profesional dan amatir sama kualitas dan kuantitasnya.

Bukan bermaksud atau pamrih atau bagaimana, dalam sisi ke-profesionalisme-an, yang aku tangkap adalah YOU GOT WHAT YOU‘VE PAID. Ada nilai yang harus yang dibayarkan seseorang jika ingin mendapatkan sesuatu senilai apa yang yang dibayarkan itu. Atau dengan kata lain seseorang berhak mendapatkan ‘bayarannya’ sesuai dengan apa yang yang telah diusahakannya, jika mendapat lebih itu adalah bonus. Tapi jika kurang itu malah jadi kurangnya penghargaan bagi diri sendiri. Itu yang harus diperjuangkan. Dalam kasus ini adalah dalam konteks non ibadah ( kalau ibadah jelas jangan pamrih).

Yang menarik adalah saat orang lain sangat bergantung pada kita, kita memiliki ‘kontrol’ akan dia ( tentunya dalam hal yang positif ), kita bisa memaksa orang lain untuk memenuhi persyaratan kita selama dia masih sangat bergantung dengan kita. Dan itu wajar dalam suatu lingkungan dan mereka sering kali ikhlas untuk melakukan itu karena mereka ‘butuh’. Itu yang bisa dimanfaatkan. Bahkan bawahan bisa memiliki ‘kontrol’ terhadap atasan bila dia memiliki kelebihan dalam suatu hal atasannya sangat percaya dan rely on kepadanya. Jika suatu saat dia tidak ada, bisa dipastikan atasannya itu akan kebakaran jenggot.

Dalam kasus Mi di atas, bisa jadi ke depannya bisa memanfaatkan hal tersebut agar bargain point yang dimiliki tidak sia-sia.

Satu lagi hal positif inspired by Mi.


*) Dependence, is like a drugs, make an addiction and control of others. Be good on it.

Pi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar