Jumat, 09 Desember 2011

< Nostalgia > Hadiah dari Allah


Sejak beberapa minggu yang lalu, aku dan denmas beberapa kali mengunjungi toko yang khusus menjual perlengkapan dan pakaian untuk bayi dan anak - anak. Setiap melihat toko yang menjual perlengkapan dan pakaian bayi, kita pasti tertarik untuk masuk ke toko tersebut, meskipun pada akhirnya hanya sekedar untuk melihat – lihat. Bukan hanya mengunjungi toko yang kita temui di pusat perbelanjaan, aku yang hobi browsing di internet pun sering mengunjungi beberapa toko online yang ada di beberapa situs jejaring social seperti facebook atau twitter.

Suatu ketika terlintas dibenakku untuk membuat usaha yang bergerak dibidang yang sama seperti kegemaranku akhir – akhir ini. Terlebih denmas setuju dengan ideku, dan menyarankan untuk membuat toko online saja, agar aku lebih mudah mengelolanya, karena belum terpikir untuk berhenti bekerja karena buka toko.

Hari itu, Sabtu 22 Januari 2011, aku dan denmas lagi – lagi tertarik masuk kedalam sebuah toko bayi yang letaknya berdekatan dengan tukang martabak yang sedang kita beli malam itu ketika akan berkunjung untuk menjenguk paman yang sakit. Kami berdua kembali mengelilingi toko tersebut, mengamati lagi satu per satu barang – barang yang ada di sana, dan sesekali berdiskusi mengenai kualitas barang dan toko online impianku. “ Mba, ini martabaknya sudah jadi “ ujar si abang martabak, yang tentu saja membuyarkan pembicaraan aku dan denmas mengenai barang yang ada di toko tersebut. “ Oh iya, sebentar bang “ jawabku seraya mengambil martabak itu setelah membayarnya dan kemudia melanjutkan perjalanan dengan denmas ke rumah paman.

Sesampainya di rumah paman, mataku tertuju pada sesosok perempuan yang sedang tertidur di kamar depan rumah paman. Aku melihatnya ketika akan mengambil minum untuk denmas. Sepertinya aku belum pernah melihat perempuan itu, karena masih penasaran aku terus memperhatikannya sambil berjalan menuju dapur.

“ Itu siapa yang tidur di kamar depan? ” tanyaku pada paman dan bibi. “oh, itu Dini, keponakan paman. Oh iya, itu ada bayinya, rencananya mau dikasih ke orang. Mau ga adopsi bayinya ? ujar paman. “ Bohong, masa anak kok mau dikasih ke orang lain?” jawabku tidak percaya. “iya, ibunya si bayi masih sekolah, SMA kelas 3. Karena dia mau melanjutkan sekolahnya, makanya bayinya mau dikasih orang untuk diurus” paman kembali menjelaskan. Entah kenapa aku saat itu berharap memang semua yang dikatakan paman benar, si bayi mau diberikan kepadaku dan aku sangat berharap sekali bisa mengurusnya, meskipun sampai dengan keputusan yang ku ambil dalam hati, sedikitpun belum ku lihat wajah si bayi.

Aku kemudian menoleh kearah denmas, ternyata dia tersenyum. Ini tanda darinya bahwa denmas setuju jika aku mengadopsi bayi itu, kupalingkan wajah ke Papa dan Mama, mereka kemudian mengangguk sambil tersenyum. Ya Allah, semua keluarga sudah menyetujuinya, ingin rasanya segera melihat si bayi.

Tiba – tiba terdengar tangisan si bayi dari kamar, kemudian si ibu ke dapur untuk membuat susu di botol. Aku beranikan diri masuk ke kamar dan melihat sesosok bayi mungil tanpa dosa dengan wajah yang sangat mengharapkan kasih sayang. “ Ya Allah, kasihan sekali nasibmu dek” , gumamku. “ Ini bayinya mau diberikan ke orang untuk dirawat, mau gak?” ujar si nenek bayi tersebut. Tanpa tersadar aku mengangguk setuju dan kemudian dia ku gendong hangat. Malam itu terasa sangat panjang, dan aku ingin segera pagi datang, agar si bayi bisa ku bawa ke rumah.

Keesokan harinya, aku dan denmas berbelanja sedikit keperluan bayi untuk menyambut kedatangan si bayi dirumah. Belum lengkap memang, tapi sepertinya cukup untuk permulaan. Pagi itu, setelah berbelanja, ada yang berbeda dengan suasana rumah. Pagi itu, rumahku kedatangan anggota baru, si kecil yang menggemaskan. Aku dan denmas menaruh harapan dari nama yang kami berikan Khalilah Athaya Zahirah, kami berharap kelak dia yang telah menjadi hadiah kesayangan bisa cemerlang dalam kehidupannya.

Ternyata keinginanku untuk punya toko perlengkapan bayi adalah pertanda bahwa Allah akan memberikan hadiah untuk aku , denmas dan keluarga besarku. Hadiah yang menambah kebahagiaan di kehidupan kami, hadiah yang Allah titipkan untuk kami jaga, semoga amanah ini dapat tertunaikan dengan sebaik-baiknya, amin.


Mi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar