Sabtu, 17 Desember 2011


Husband’s Notes <3> : Match?

Orang sering memutuskan menikah karena dia sudah merasa ‘cocok’ dengan calon pasangan hidupnya. Bolehkah kita sejenak untuk merenungkan kan hal ini lebih dalam?

Sebenarnya sudah sejauh apakah kita sudah ‘cocok’ dengan dia? Sudah sejauh apakah kita sudah mengenalnya? Memahami kekurangan dan kelebihannya? Apakah kita yakin sudah memiliki sikap yang bisa menjadi penyeimbang segala hal tersebut?

Jika kita sudah merasa ‘cocok’ hanya karena kelebihan dan segala hal positif yang dimiliki, dijamin pasti pernikahan tidak akan bertahan lama dan gagal total. Karena sepanjang yang aku alami, dalam hidup berumah tangga lebih banyak hal yang mementingkan pengertian akan adanya kekurangan dari pribadi masing-masing.

Orang biasa pun tahu dan bisa menerima saat seseorang itu cantik, pintar, ramah, baik, perhatian dll. Sebagian besar setuju bahwa itulah pasangan idaman, dan hal-hal inilah yang dianggap sebagai nilai-nilai kecocokan yang ideal sebagai pasangan  hidup hingga akhir nanti. Lalu bagaimana saat dia mulai bersikap curiga, marahaan, ngambek, egois, mau menang sendiri, cuek dll? Apakah itu bukan nilai-nilai yang ada dan mau gak mau harus diterima sebagai bahan pertimbangan dan pemahaman lebih?

Prosentase kedua hal yang saling berlawanan itu sering kali berbeda-beda tiap saat tergantung kondisi dan periode tertentu. Sifatnya unpredictable, kecuali kamu adalah paranormal sakti yang bisa tahu isi hati orang lain. Dalamnya hati siapa yang tahu kawan. Hanya Allah Subhanahuwataala yang maha tahu.

Lalu apa yang harus kita lakukan? it’s up to you, Guys. Different personal different style and treatment. Kalau aku, dari awal niatku untuk serius untuk membina hubungan keluarga dengan Mi, aku sudah tahu takkan semudah membalik telapak tangan kosong. Karena yang harus aku lakukan adalah membalik tangan dengan gantungan beban yang berat, dengan artian ada amanat suci dari Allah yang mengiringi pilihanku saat aku memutuskan untuk meminangnya. Takkan pernah mudah, tapi Insya Allah ikhlas menjalaninya dengan segala konsekuensinya.

Pi
*) Knowing what you needed is better than what you wanted, be prudence

Tidak ada komentar:

Posting Komentar