Selasa, 29 Agustus 2017

Menjadi BEDA bukan DOSA (1)

Beberapa waktu lalu terlibat percakapan sama si Kakak, rupanya dia lagi galau..

" Mami, kenapa sih si A kan masih kecil belum sekolah tapi dia sudah bisa naik sepeda roda dua, aku padahal sudah SD kelas 1 tapi belum bisa naik sepeda roda dua? "

Terus saya balik tanya

" Mbak Yuni kan bisa naik sepeda ya, tapi gak bisa Nyetir mobil, kalau Mami gak bisa naik sepeda tapi bisa nyetir mobil , keren siapa?"

Dia semangat jawab "keren Mami dong" ..

"Nah, jadi Kakak, kita itu gak harus melulu sama seperti orang - orang. Kalau orang bisa A kita mau ikut ikutan bisa. Bagus sih kalau kita bisa juga, tapi kita gak usah pusingin dengan harus selalu sama kaya orang-orang. Kalau Kakak anaknya nekat, terus Papi Maminya nyantai mau anaknya jatoh kakinya banyak luka atau kecebur got sih mungkin kamu udah jago kali naik sepeda ,gak usah roda 2 pasti roda 1 juga bisa hahhaa. Tapi kan Kakak anaknya gak senekat itu, belajarnya harus pelan kalau berhubungan sama fisik. Beda kalau menghapal, temanmu masih hapalan Surat Pendek yang maksimal 6-10 ayat kamu sudah bisa yang puluhan ayat.
Mami juga gak bisa kok naik sepeda, kenapa? Karena dulu Mami pernah belajar naik sepeda, terus nyusruk jatuh ke got, luka sana sini akhirnya gak di bolehin lagi sama Papa (Papa saya-red), yaudah habis itu Mami gak pernah bisa lagi dan gak pernah mau nyoba lagi naik sepeda. Tapi Mami bisa kan naik motor atau mobil? Gak masalah juga gak bisa naik sepeda kan? " Begitu kira - kira jawaban saya, sebagai perbandingan buat Kakak.

Rupanya, si Kakak mungkin sekarang sudah mulai bisa mencerna, kenapa ada beda diantara dia dan teman-temannya. Kalau saya sih, coba jelasin sama Kakak, bahwa dalam hidup ini, kita gak harus selalu SAMA atau ingin menjadi seperti orang lain. Kita ini unik, setiap pribadi ada kelemahan dan kelebihan. JANGAN FOKUS di kelemahan karena yang ada kita meratap, terus bertanya KENAPA KITA GAK SEPERTI MEREKA?
Padahal kalau kita pandai melihat kelebihan kita, maka kita akan LEBIH BAHAGIA dan BANGGA.

Sebetulnya hal ini sering banget loh terjadi di lingkungan kita, sering juga saya dengar si Kakak dapat omongan " tuh dia aja masih kecil bisa, masa udah besar belom bisa?" mungkin ini yang lama - lama menganggu pikirannya, sehingga bisa jadi Kakak merasa underestimate dengan ucapan tadi, padahal sesuatu yang Kakak belum bisa tadi menurut saya bukan suatu hal yang PRINSIP karena cuma masalah naik sepeda, kalau hal prinsip misal seperti belum bisa baca doa makan, belum bisa baca Al Fatihah atau belum mengenal huruf hijaiyah, wah itu sih gak ada ampun sist 😀😀😀

Kelihatannya hal tersebut sepele ya, tapi dampaknya bisa luar biasa loh, karena beda anak, beda jiwa, beda mentalnya, kadang kita menganggap ah cuma omongan begitu aja, tapi coba deh lihat apa dampak buat si anak, kalau orangtuanya gak pintar-pintar mengelola emosi si anak, bisa jadi anak gak PD (percaya diri) nantinya.

Saya, dan Papinya berusaha semampu kami, apapun yang memang menjadi HAK anak kami, atau yang memang sedang trend di kalangan anak-anak selama itu positif, kami fasilitasi. Rame anak-anak main sepeda, kami fasilitasi, rame main sepatu roda, kami fasilitasi (tapi jangan anggap semudah itu Kakak dapatnya hehe). Tapi, kami tidak pernah ngoyo untuk Kakak harus cepat bisa, karena kami paling paham tipe anak kami, kami paling paham kalau urusan fisik begini, gimana mental kakak dan terutama gimana mental orangtuanya. Setiap orangtua punya pertimbangan masing-masing bukan?

Sampai sekarang urusan naik sepeda roda dua belum bisa si Kakak mah, karena area bermainnya di komplek rumah Mama juga belum memadai, progress nya baru sampai satu roda saja yang di lepas itu juga belum lancar banget hehe.. Kalau urusan sepatu roda dia sudah mulai lancar, meski berkali-kali rencananya mau ajak latihan di GOR BEKASI tapi belum kesampaian.

Jadi buat kita para orangtua, lebih peka lagi ya sedikit soal perkataan kita sama anak-anak, juga untuk anak orang lain, karena mungkin hal sepele atau hal kecil yang terucap tapi kita belum tahu apa akibat buat yang menerima ucapan tersebut, bahaya kan kalau terbawa sampai dewasa.

" There's nothing wrong with being DIFFERENT"

29 Agustus 2017,
-TMD-

Kamis, 03 Agustus 2017

Anakku Tersayang

Anakku tersayang,
Semoga sinar mentari pagi ini memberikan kehangatannya untukmu untuk memulai hari dengan penuh semangat.

Ingin rasanya papi memelukmu, menggantikan sinar mentari pagi ini, memberimu dekapan hangat, mencium kening dan menyemangatimu bahkan mengantarkanmu ke sekolah tempatmu mereguk ilmu setiap hari.

Ingin papi setiap pagi memberikanmu nasihat, petuah singkat yang mungkin bisa memberikanmu pegangan hidup atau mungkin hanya sekedar membekas di ingatanmu.

Andai malam sudah tiba, istirahatlah berselimut bintang. Tapi sebelumnya penuhi hatimu selalu dengan istighfar, tasbih, tahmid dan takbir dalam setiap sujudmu. Agar aman damai dan tenang hidupmu.

Mungkin terkadang papi agak keras kepadamu
Papi minta maaf, bukan bermaksud untuk menyakitimu.
Papi hanya ingin melindungimu dari hal-hal yang belum kamu mengerti. Papi tak mau kamu menjadi manja yang nantinya akan kamu sesali di kemudian hari.

Kamu harus tahu arti dari kemandirian, walau sekarang ini terlalu dini buatmu. Tapi papi yakin itu akan baik buatmu, mungkin bukan sekarang kamu rasakan.

Ketahuilah Papi, mami dan abang akan selalu ada untukmu, walau kita jauh, insya allah akan selalu dekat di hati.

Raihlah cita2mu setinggi mungkin, jadilah anak yang sholehah, bisa menjadi suri tauladan yang baik bagi teman2 dan lingkungan sekitarmu.

Semoga Allah selalu menjagamu dan membimbingmu. Cinta dan sayang papi selalu untukmu.