Sabtu, 26 November 2016

Madiun, Luvely Hometown (Part 1)

Kota ini, adalah kota masa kecilku. Tempat kelahiranku. Tempat aku beranjak dewasa. Yah gak sepanjang perjalanan dewasaku si. Sebagian. Karena dari kecil aku harus ikut berpindah pindah rumah mengikuti tugas bapakku yang seorang dokter.

Dulu kecilku aku hanya sempat tinggal di kota ini dari TK besar sampai kelas 2 SD, setelah itu harus pindah ke borobudur, soroyudan (daerah magelang perbatasan) dan magelang. Sebelum aku harus balik lagi ke kota ini karena bapakku meninggal dunia di tahun 2000. Itu saat aku masih kelas 2 SMP.

Jadi aku mulai di kota ini lagi dari kelas 2 SMP, setelah kurang lebih 6 tahun berkelana di jawa tengah. Sampai dengan kelulusan SMA ku di tahun 2004. Setelah itu aku merantau untuk kuliah di jogja dan bekerja di jakarta, dan sekarang di Cilacap.

Selama periode masa kecilku yang hilang di kota Brem (makanan lokal khas dari fermentasi beras ketan) ini, tentunya banyak sekali yang berubah dengan yang terakhir kali aku ingat saat kecil. Sebenarnya juga susah untuk mengingat persis masa kecil kan.

Apalagi sekarang, kondisi sudah tak sama lagi, dari kondisi kotanya itu sendiri, serta kondisi keluargaku. Eyang kakung sudah wafat, bapak juga, om dan tante juga sudah dengan keluarga masing-masing di kota yang berbeda, saudara dekat n jauh juga sama. Apalagi teman-teman sepermainan saat kecil.

Dulu aku masih ingat sedikit saat masih tinggal di komplek perumahan pabrik gula Kanigoro, karena eyang kakung masih menjadi pejabat di pabrik gula itu. Rumah di sana besar banget, bahkan di belakang rumah ada lapangan tenis. Seingatku dulu aku n kakakku belajar naek sepeda disana sampai malam. Hehe.

Belum lagi ada kebun tebu Di belakang rumah, dulu aku, kakak n ada saudara lain yang suka curi-curi ngambil tebu di kebun itu, bahkan sampai ke dalam kereta pengangkut tebunya. Biasa kelakuan anak2 kecil. Untung gak pernah ketangkep satpam pabrik.

Dulu juga pernah punya burung beo, namanya menco, yang biasa menirukan suara orang, juga ada monyet dan hewan2 lain. Karena pekarangan yang luas, jadi isinya macem-macem.

Setelah eyang kakung pensiun, pindahlah kita ke daerah kota, di jalan suhud nosingo. Rumah yang sekarang ini masih berdiri kokoh dan ditinggali oleh eyang putri dan ibuku.

Rumah ini besar 2 tingkat tapi tapi halamannya tak sebesar rumah di kanigoro. Sebenarnya aku gak begitu suka rumah tingkat, karena seperti kata istriku, seperti ada 2 rumah yang berbeda. Satu di atas dan dibawah yang dipisahkan oleh tangga. Almarhum Eyang kakung  dan eyang putri sendiri jarang naek ke atas. Tentunya karena faktor usia. Jadinya seperti ada dunia sendiri di atas.

Di lantai 1 Rumah ini terdiri dari 1 kamar utama + kamar mandi, 1 kamar tamu (biasanya juga dipake sendiri hehe), 2 kamar tidur di belakang, 2 kamar mandi, ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan dan dapur. Ada juga garasi, kolam ikan dan halaman depan.

Di lantai 2 terdiri dari 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, tempat jemuran, gudang serta balkon (biasanya aku nongkrong disini ni). Kalo dulu pas SMA aku suka naek-naek juga ke genting rumah, dan g pernah ketahuan si, kecuali naeknya bareng2 sama kakakku dan saudaraku hehe.

Dulu pernah punya peliharaan musang (luak). Sebenarnya bukan peliharaan, tapi lebih karena musang ini harus ditangkep karena udah menganggu ketentraman ayam n burung di rumah. Dulu burung2 hias juga masih banyak. Pernah juga punya kelinci. Kalau sekarang peliharaannya tinggal ikan n kucing. Semua dipelihara dengan baik oleh ibu.

Kucing - kucing ini semuanya adalah kucing liar yang terlantar dan diambil ibu saat masih kecil. Ceritanya nemu di jalan, kasihan karena gak ada induknya, akhirnya dikantongin deh di jaketnya. Hohoho. Dipelihara, dikasih makan (dari pindang mpe whiskas cuy), kalo masih kecil dimandiin, diberi obat cacing, diklonin juga kadang2, kalo udah gede biasanya sebagian merantau, yang lain bertahan. Nah yang betina yang masih bertahan di suntik KB biar gak beranak terus, Hahaha 🙌.

Saking sayang nya ma kucing-kucing itu, kalo ada yang sakit atau sampai mati, nangisnya ud kaya ditinggal putus pacar. Pernah nanya si, kenapa sampe segitunya sayang ma kucing2 itu, bahkan bercita2 di mas tuanya punya tempat penangkaran kucing..alamak 😨.

Kata ibu, biar besok di akhirat, kucing - kucing itu bisa jadi saksi kalo selalu dirawat dengan baik oleh ibu, itung2 nambah pahala..so wise...😇

Tidak ada komentar:

Posting Komentar