Commuter Line, atau bagi orang jakarta biasa disebut KRL (Kereta Rel Listrik) adalah salah satu wahana utamaku pulang pergi dari bekasi ke kantor di gatot subroto. Wahana satu ini menawarkan keanekaragaman hal selama perjalannya.suka dan duka.apalagi bagiku yang ternyata harus cukup lama dinas di ibu kota.
Komuter (berasal dari bahasa Inggris Commuter; dalam bahasa Indonesia juga disebut penglaju atau penglajo) adalah seseorang yang bepergian ke suatu kota untuk bekerja dan kembali ke kota tempat tinggalnya setiap hari, biasanya dari tempat tinggal yang cukup jauh dari tempat bekerjanya.
Kelebihan KRL ini dibanding wahana yang lain macam busway / transjabodetabek, metromini, mikrolet, ojek ataupun mobil / motor pribadi adalah murah dan memiliki jalur sendiri. Jadi paling cepat dibanding yang lain untuk sementara ini.aku masih berharap ada transportasi udara yang murah dan meriah macam helikopter gt hehe.
Tapi setelah mengamati dan mengalami sendiri bagaimana menjadi penumpang.wuihh...luar biasa.
Luar biasa dalam artian positif yaitu murah dan cepat, sekaligus luar biasa parah.semua terlihat alami menyatu di tiap gerbongnya.
Luar biasa dalam artian positif yaitu murah dan cepat, sekaligus luar biasa parah.semua terlihat alami menyatu di tiap gerbongnya.
"Murah Njaluk Slamet"
Itu kesan pertamaku saat melihat ratusan bahkan ribuan penumpang yang berebut dan tumpang tindih dalam gerbongnya. Sebenarnya ya walaupun murah tetap harus selamat kan sampai tujuan. Hiperbolis si tapi hampir nyata.
Di dalam gerbong wahana tersebut, kamu akan merasakan nikmatnya dijepit oleh para makhluk yang entah mereka sadar atao gak kalo yang mereka sikut, sundul n ketekin itu juga sama2 manusia.
Tapi uniknya kamu gak akan protes atau maki-maki.cuma diam, meringis kecut, dan tersenyum saat mendengar rintihan
"mak...pinggangku keplintir ni" dr ujung gerbong, atau decitan lirih manusia2 setinggi bahu yang hanya bisa mendongak ke atas dan megap2 hanya sekedar tetap bisa bernafas.
"keras bro hidup di ibu kota..."
"mak...pinggangku keplintir ni" dr ujung gerbong, atau decitan lirih manusia2 setinggi bahu yang hanya bisa mendongak ke atas dan megap2 hanya sekedar tetap bisa bernafas.
"keras bro hidup di ibu kota..."
Terkadang kita juga bisa terpancing untuk memainkan peran sebagai "pelaku" daripada terus menjadi "korban".
Ekspresikan diri dengan mengangkat tangan setinggi mungkin dengan alibi untuk mencari pegangan. Lalu posisikan bagian dalam bahu alias ketek ke muka orang lain. Gak akan ada yang marah. Suer. Sekali-kali tambah penderitaan mereka dengan memanjangakan bulu ketek, atau gak usah pakai deodoran.lalu liat ekspresinya.
Atau coba angkat 2 tangan ke atas berpegangan pada handle dengan posisi siku ke arah luar. Kamu akan merasakan sensasi noyor belakang kepala orang pake siku tanpa merasa bersalah.cukup ikuti saja goyangan kereta dengan natural.
Ekspresikan diri dengan mengangkat tangan setinggi mungkin dengan alibi untuk mencari pegangan. Lalu posisikan bagian dalam bahu alias ketek ke muka orang lain. Gak akan ada yang marah. Suer. Sekali-kali tambah penderitaan mereka dengan memanjangakan bulu ketek, atau gak usah pakai deodoran.lalu liat ekspresinya.
Atau coba angkat 2 tangan ke atas berpegangan pada handle dengan posisi siku ke arah luar. Kamu akan merasakan sensasi noyor belakang kepala orang pake siku tanpa merasa bersalah.cukup ikuti saja goyangan kereta dengan natural.
Ngomong-ngomong masalah goyangan kereta itu juga sensasi sendiri. keretamu bisa jadi dikomandoi oleh masinis yang sabar dan profesional. Atau kalo lagi beruntung dapat masinis yang lagi sensi atau latah (kagetan).
Hal itu akan berasa saat kita berada dalam kereta. Masinis yang baik, start stop kereta begitu smooth. Berbeda saat masinis yang mungkin sedang sensi (mungkin sedang sakit perut ato lagi ada masalah di rumah) jadi drivernya. Ampunn...kamu akan merasakan kebesaran Allah saat merasa dirimu tak berdaya terombang ambing di tengah himpitan ratusan penumpang dalam gerbong dan hanya bisa berdzikir istighfar dalam hati.
Kalau boleh saran, sebenarnya kita tak perlu untuk memaksakan diri melawan gelombang itu, ikuti saja, akan lebih meminimalisir rasa sesak saat tulang rusukmu digencet bapak2 setengah baya, atau ibu2 dengan pipi tambun maksimal. Kalo beruntung bahkan akan ada perut2 gendut di kanan sekelilingmu yang ikhlas jadi bantalan.
Dalam kondisi yang serba tergencet itu sebaiknya berhati2 dan tetap waspada. Karena kejahatan itu bukan hanya terjadi karena niat dari pelakunya, tapi juga karena ada nya kesempatan.
Terlebih dalam kondisi dimana untuk sekedar nengok kanan kiri dan ngupil saja gak bisa.
Terlebih dalam kondisi dimana untuk sekedar nengok kanan kiri dan ngupil saja gak bisa.
Waktu paling rawan berdasarkan pengalamanku adalah saat kita sudah terlanjur sumringah melihat pintu kebebasan alias pintu gerbong terbuka di tempat tujuan kita.di saat itulah saat paling lengah kita.
Saat itu bisa diandaikan seperti halnya saat kita kebelet kencing / BAB setengah mati sepanjang perjalanan akhirnya menemukan toilet kosong. kita jadi lupa diri. andaikan ada orang lain yang mules juga melihat toilet yang cuma satu2nya itu.bisa tebak apa yang terjadi?sikut dan bogem kalo perlu. kita jadi lupa hal lain nya. Just Hit n Run...
Copet sejati melihat kesempatan itu...sssttt..sekelebat kedipan mata, raib sudah onderdil kita, eh harta kita. Handphoneku-lah korbannya.heleh baru 6 bulan cuy... Ikhlas..ikhlas...ikhlas..
Hit n run juga berlaku saat kita berebutan masuk ke gerbong kereta idaman. Tua, muda, pria, wanita, setengah pria/wanita hampir tak bisa dibedakan mana yang abis fitness / latihan panco. Sama kuat dan kejinya...haha ekstrem banget yak. Silahkan dibuktikan sendiri. Bahkan untuk ibu-ibu, mbak-mbak dan tante-tante, saya pribadi menyarankan sebaiknya masuk saja ke gerbong biasa, aliasa bukan khusus wanita, karena kereta khusus wanita memang posisinya sangat strategis yaitu di paling depan dan paling belakang dan ramai peminat.dan di gerbong itulah hukum rimba lebih berlaku buat wanita.kalao di gerbong biasa, para pria lebih segan dan lebih bersifat mengalah terhadap wanita, tapi tetep ganas ke sesamanya.
Kereta idaman adalah kereta most wanted dengan tujuan ke daerah bisnis-bisnis dimana hampir 90% pekerja jakarta mengais rejeki disana. Pada kasus ini kereta itu adalah kereta jurusan Sudirman - Karet - Tanah Abang - Duri - Kampung Brandan.
Kereta ini berangkat dari Bogor atau Nambo. Bagiku yang berangkat dari Bekasi yang nun jauh disana, harus pindah / transit ke kereta tersebut di stasiun manggarai. Dan kereta itu ada di jalur 5, atau biasa aku bilang "Jalur Neraka".
Sebenarnya ada jalur 7 dengan tujuan yang sama dan lebih sepi. Kereta ini berfungsi sebagai kereta sapu jagad apabila jalur 5 overload. Cuman frekuensi kedatangannya 1 : 3 kali dari jalur 5. Umumnya pasti terlambat ke kantor jika pakai jalur 7 ini. Jadi jalur favorit tetap disandang kereta jalur 5.
Tetapi, sebagai commuter berpengalaman, keep the surprise until the last second, dengarkn baik2 dan cermati pengumuman dari announcer. Terkadang karena suatu sebab, jalur kereta dirubah, atau demi mengurai overloada penumpang, announcer sengaja mengumumkan kereta "A" akan berangkat, padahal beberapa detik kemudian ternyata kereta "B" yang lebih dahulu berangkat. bahkan kadang tidak diumumkan yang mana yang lebih dulu berangkat. Masalahnya, ada jarak antar satu jalur dengan jalur yang lain dan tidak semudah itu kita melintas karena ada kereta2 lain yang juga berlalu lalang.
Cermati polanya tiap hari.itu perlu skill .
Cermati polanya tiap hari.itu perlu skill .
Lanjut bagian 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar