Pertama kali saya ke pulau Kalimantan adalah ke kota ini, Pontianak. Ibu kota dari Kalimantan Barat. Kota yang terkenal karena terletak tepat di jalur lintang 0 derajat. Atau sering kita sebut garis Katulistiwa.
Sudah lama sekali sebenarnya, saat saya masih bekerja di perusahaan sebelumnya. Dinas itu dilakukan untuk site survey kondisi jalanan di daerah pelosok kalimantan Barat.
Saya berangkat bersama rombongan lewat Cengkareng. Dengan durasi kurang lebih 90 menit hingga tiba di bandara internasional Supadio Pontianak.
Ada kejadian menarik saat di atas pesawat. Saat itu saya melihat pesawat masih berada di atas awan jadi masih cukup tinggi, tapi sudah ada announce dr pilot bahwa pesawat akan segera landing. Ternyata gak lama pesawat mulai turun ke bawah awan, langsung terlihat daratan. Dan saya lihat beberapa titik asap di daratan. Oalah ternyata itu tadi bukan sepenuhnya awan, ternyata campur asap kebakaran lahan gambut di tanah kalimantan. Memang sebagian besar tanah Kalimantan masih mengandung gambut yang mudah terbakar saat kemarau. Untuk gak terlalu pekat, kalau sampai pekat pasti gak boleh mendarat pesawatnya.
Saya menginap di d 3 hotel selama stay si pontianak. Salah satunya hotel mercure. Yang satu saya lupa karena udah lama banget. Ada kali 6 tahun yang lalu. Kayaknya harus balik lagi buat mereview hotel di sini. Yang saya ingat adalah saya kena gangguan pencernaan alias diare setibanya si kota ini.entah karena makanannya atau badan yang fak fit. Dan ini cukup menganggu selama aktivitas site survey. Kalian akan segera tahu alasannya.
Kegiatan surevey kami adalah melakukan pemeriksaan kondisi jalan dari arah Pontianak ke daerah kabupaten Sanggau & Sekadau. Hal ini terkait dr laporan dari unit pontianak bahwa terjadi banyak kerusakan di bagian bawah mobil (under body) akibat kondisi jalan, dan bagaimana mencari solusinya. Sekedar tahu, dulu saya sempat bekerja di perusahaan otomotif yang berkantor di daerah Sunter Jakarta Utara selama 3 tahun.
Rute perjalanan ke daerah tersebut harus ditempuh dengan jalur darat, karena kita harus menyusuri kondisi jalanannya dimana laporan kerusakan itu aering terjadi. And you know what, that is the worst trip I ever made. The reason are :
1. Ternyata butuh waktu 9 jam perjalanan 😥
2. Kondisi jalanan yang gak manusiawi (mix jalanan bergelombang, tanah merah yang licin, plus rusak karena sering dilewati kendaraan berat. Hancur pokoknya) 😤
3. Minim fasilitas pendukung seperti warung, tempat istirahat, pom bensin, toilet, tempat menginap, dsb. Fasilitas itu termasuk barang mewah di rute Ini. Yang bisa dilihat hanyalah pohon, sungai, semak-semak, hewan liar (babi hutan, anjing). It's kind of wild wild life here
4. Perut sedang bermasalah. Ini yang membuat perjalanan selama itu menjadi neraka dunia yang akan teringat sampe akhir hayat. Diperparah dengan kondisi jalanan dan minimnya fasilitas seperti pom bensin / toiler. It's getting worst. Bayangkan seperti warna muka sayadan sederas apa keringat yang mengalir. Alhamdulillah saya masih bisa bercerita sekarang dan tidak ada aib pribadi yang muncul dari perjalanan itu.
5. Adanya berita mengenai kasus pembunuhan di daerah Sanggau, yang cukup bikin worry untuk melakukan perjalanan malam. jadi perjalanan harus udah selesai sebelum petang
Selain hal-hal tersebut, ada juga hal2 menarik yang ditemui selama di perjalanan itu. Antara lain :
1. Memasuki daerah pelosok, terlihat mobil - dengan brand yang jarang kita lihat di lokal, serta plat no mobilnya yang tak biasa. Setelah tanya-tanya ternyata itu kendaraan dari negara tetangga (malaysia) yang masuk ke indonesia lewat jalur pwrbatasan malaysia -kalimantan. Tapi gak tau juga apakah itu resmi atau illegal.
2. Isu dan cerita adat sangat kental di daerah pelosok kalimantan barat ini. Sebagai contoh, jangan sampai menabrak hewan-hewan liar yang mungkin berkeliaran di jalanan. Baik senfaja maupun tak dsengaja. Akibatnya akan berurusan dengan hukum adat setempat. 1 harga babi hutan / celeng bisa setara dengan harga 1 buah mobil double cabin. Atau ganti rugi sejumlah puting hewan tersebut dikali sekian ratus ribu. Intinya mending ngalah ma hewan dl lah selama disini.
3. Jangan sampai ada cewe kalimantan (especially turunan suku dayak asli) yang kepincut dan pengen kalian jadi suaminya. Dukunnya terlalu kuat men, bisa gak balik kalian ke pulau jawa. Termasuk minum air dari sungai Mahakam mitosnya bisa membuat kalian tidak bisa meninggalkan pulau Borneo ini. Secara tampilan, cewe dayak itu seperti orang cina yang putih. kebanyakan juga penjual makanan di pontianak juga orang cina / orang kalimantan yang mirip cina tadi.
4. Salah satu dari hotel yang saya sempat tinggali untuk transit sementara selama perjalanan ada di kampung kecil di daerah sekadau. Agak serem juga bentuknya, bangunan lama bertingakt dengan ornamen2 jadul. Kamarnya luas, untuk kelas standard seperi untuk familiy, perabotnya juga masih berupa ukiran jadul, agak serem rasanya. Kamar mandinya pun memanjang, antara closet dan wasfatel juga tempat shower jaraknya berjauhan. Untuk pengunjung yang menginap sendirian, kamar yang paling standard pun terasa terlalu luas.
Sarapan paginya juga. simple sekali nasi goreng dan telor. Maklum karena jarang pengunjung sepertinya dan kebetulan hanya hotel ini satu2nya yang ketemu di antara rute perjalanan panjang kami.
Setelah survey jalanan dan ke survey ke dealer. Selesai sudah agenda kami, sisanya adalah free time. Kami ditraktir makanan khas pontianak. Apalagi kalau bukan kepiting asap pontianak. Kepiting dengan ukuran jumbo dengam bumbu pedas saus padang dan saus tiram, serta makanan seafood lainnya. Puass.
Selain itu kami berkunjung ke ikon kota ini yaitu tugu katulistiwa. Isi di dalamnya lebih berupa musem yang memuat sejarah berdirinya tugu tersebut, dan sekilas informas mengenai kota pontianak yang mempunyai hewan khas burung rangkong uni. Tak lupa saya beli souvenir dan oleh oleh makanan (olahan lidah buaya, amplang dan lain2) untuk keluarga di rumah. See you again Borneo...
"Find yourself on the trip of life, know your weakness and power better"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar