Awal tahun kemarin saya diberi kesempatan untuk dinas alias jalan-jalan ke Pekanbaru, Riau. Iseng-iseng berhadiah sebenarnya, berawal dari iseng bikin presentasi improvement ternyata bisa membawa berkah, walaupun cuma 2 hari 3 malam saja.
Di sana saya diminta untuk memaparkan presentasi tersebut di hadapan senior-senior kilang dari semua unit. Kemudian dilanjutkan diskusi dan sharing knowledge.
Saya berangkat dari bandara Soetta Cengkareng dengan Citilink kurang lebih 2 jam hingga tiba di bandara internasional Syarif Kasim II. Sebenarnya ada kekuatiran juga mengenai daerah Pekanbaru ini, karena sebelumnya terjadi bencana kabut asap yang cukup pekat di Sumatera dan Kalimantan, dan kota ini termasuk yang paling parah. Alhamdulillah kekuatiran tidak terjadi, karena asap sudah bersih dari langit pekanbaru.
Saya menginap di tempat yang sama dengan tempat diadakannya acara, yaitu di hotel Pangeran yang berada di jantung kota pekanbaru. Karena ini pertama kali buat saya ke kota ini, jadi saya tak mau ambil resiko dengan mengambil hotel lain. Takut nyasar hehehe. Perjalanan dengan taksi dari bandara kurang lebih 30 menit.
Hotel ini merupakan hotel yang sudah cukup berumur, kelihatan dari bentuk dan ornamen2nya tapi masih kelihatan mewah. Terdapat juga kolam renang yang cukup besar di bagian belakang, serta fasilitas fitness dan resto yang berada di pinggirnya.
Saya check in cukup cepat karena sudah menggunakan aplikasi travel agent "Agoda" jadi tinggal masuk saja ke kelas standard.
Kamar hotel ini bisa dibilang cukup baik dan cukup besar, sesuai dengan jelas bintang 4. Fasilitas kamar juga sudah dimoderenisasi, tv flat, sofa, kasur queen size, telepon, locker, lemari, minibar, mini kulkas.
Selain itu, yang utama saya cek adalah kamar mandinya. Asyik pakai bath up hehe, amenities / toiletries lengkap. Secara umum kamar dan kamar mandi saya nilai 5 dari skala 1-5. Memuaskan. Air panas mengalir dengan lancar.
Lanjut ke restorannya, cukup besar dan mewah, cuma yang disyangkan adalah variasi makanan yang kurang cocok di lidah. Selera si sebenarnya. Silahkan dicoba sendiri saat berkunjung ke situ. Untuk hotel sekelas bintang 4 biasanya ada egg station, ternyata tidak ada. Saya agak kurang puas. Saya beri nilai 3.5 untuk restonya.
Ruang rapat tempat acara cukup bagus dan nyaman, tapi pencahayannya agak kurang kayaknya ya. Tapi snack dan fasilitas lain ok. Terlebih lagi dapat souvenir yang cukup wah selesai dari acara tersebut hehe. Secara umum saya beri nilai hotel ini 4.
Selesai acara, it's free time. Saya coba jalan2 di trotor jalanan raya di depan hotel yang ternyata adalah jalanan utama kota Pekanbaru. Rame banget. Dan agak menyeramkan sebenarnya, karena lalu lintas disini tidak welcome buat pejalan kaki, apalagi yang mau menyebrang, minim zebra cross dan jembatan penyebrangan. Jadi agak sulit untuk menyebrang jalan, dan entah kenapa para pengendara di kota ini seakan tidak peduli dan ngebut saja seenaknya. Dan menit berikutnya, sayangnya ada kejadian gak enak terjadi tepat di samping saya.
Ada seorang anak loper koran yang entah dia nyebrang sembarangan atau gimana, terserempet mobil yang kemudian mobul itu oleng dan menabrang pengendara motor yang lain hingga jatuh pingsan. Anak itu sendiri terlihat shock dan mimisan. Saya agak bingung karena sebagai pendatang agak worry juga. untungnya banyak orang yang sigap menolong. Ibu pengendara mobil yang menabrak itu juga malah marah2 dan menyalahkan anak loper koran itu. Selanjutnya saya lanjutkan jalan kaki saya dan berharap aman sampai ke hotel lagi.
Di pinggir jalan, saya menemukan banyak penjual yang menjual jajanan pasar, semacam lontong ketan dengan tambahan sup ketan hitam. Saya lupa namanya. Karena belum pernah, saya beli lah 1/2 porsi. Dan sesampainya hotel, saya coba. Emmm...sepertinya cukup sekali saja saya coba makanan ini. Gak lagi-lagi 😥. Sup ketan itemnya asem banget euy... Fermentasinya kebablasen kayaknya tuh.
Malamnya, rekan kantor ngajak untuk cari makan, pertama dia propose untuk makan durian Pangeran yang terkenal di Pekanbaru. Kebetulan posisinya pas di hotel, tinggal nyeberang saja.
Tempatnya sederhana, tapi banyak terpajang pigura artis2 yang pernah berkunjung ke tempat ini. Wah beneran terkenal ni. Kami pesan 1 butir durian ukuran sedang.
Duriannya tidak beda dengan durian di tanah jawa, rasanya juga biasa saja. Agak kecewa juga sebenarnya. Tapi gapapalah buat sekedar tahu aja. Saya juga gak makan banyak, karena riwayat kolestrol dan asam urat yang kurang mendukung. Di warung ini juga disediakan ketan putih sebagai pelengkap durian. Unik dan tak biasa.
Ada kejadian lucu alias bego saat saya akan minum. Sebenarnya sudah disediakan air minum kemasan gelas disitu. Cuma saya melihat ada teko air yang juga diletakkan di meja, saya pikir oh mungkin ini juga air minum free kali. Saya tuanglah air itu ke cekungan bagian dalam kulit durian untuk kemudian saya minum.
Sedikit tips untuk menghilangkan rasa pahit atau getir setalah mngkonsumsi durian, bisa dilakukan dengan meminum air yang dituangkan di dalam kulit durian bagian dalam.insy allah rasa pahit / getir / eneg itu akan hilang.
Masalahnya muncul saat saya akan mencuci tangan bekas makan durian, saya celingak celinguk mencari wastafel, kok g ada ya. Akhirnya saya tanya ke penjual nya. Ternyata eh ternyata air yang saya minum tadi itulah air kobokannya. Maak... Penjual nya cuma mesem2 aja tanpa dosa sedangkan teman kantorku ngakak abis-abisan. Asemmm....moga2 g sakit perut.
Selesai petaka air kobokan, perut masih meronta2 minta makanan besar. Temen usul makan sate kambing yang ada di sebelah warung durian. Dengan sangat terpaksa saya tolak. Kalau masih ingin umur panjang jangan nyobain abis makan durian trus makan sate kambing ditambah air kobokan mentah. bisa komplikasi asam urat darah tinggi plus diare... 😤.
Ternyata di sekitar situ gak ada tempat makan yang sreg. Akhir kata setelah jalan beberapa saat, kita memutuskan makam di restoran nasi padang...widih..
Emang gak lengkap rasanya kalo ke daerah sumatera tanpa makan nasi padang khas daerah situ. Tentunya beda rasa dan tampilan. Dan yang jelas beda juga harganya.
Di restoran itu ada menu khas rendang bakar. Wah patut dicoba ni. Karena kita cuma berdua dari pihak restorannya tidak menyediakan menu yang digelar semua itu loh yang biasanya dikeluarkan saat ada tamu rombongan. Tambahannya hanya nasi putih, sayur ketela, sambal hijau, beberapa tambahan lain dan minuman pesanan kita.
Secara tampilan rendangnya berwarna cokelat kehitaman dan tidak berkuah alias kering. Dari gigitan pertama, terasa sekali bedanya dengan rendang yang biasa saya makan di pulau jawa.legit, empuk, mantab pokoknya. Ditambah lagi sambel hijaunya. Mak nyuzz. Gak nyesel lah dengan harganya yang juga bisa 2 kali lipat rendang biasa. Dan ingat jangan ambil menu tambahan yang sengaja disediakan di meja kalo ga siap modal. Bisa tekor. Makan berdua saja bisa habis 100 rb disitu hohoho...
Efek dari makan durian dan rendang baru terasa malam harinya saat di hotel. Kaki berasa kaku. Kayaknya sih asam urat jadi meningkat hehe. tidur jadi ga pules.
Besoknya selesai dari acara hari kedua, kita diajak makan oleh seorang kenalan yang kebetulan berdomisili di kota itu. Setelah muter2, sampailah di restoran seafood cina. Alamak...gak salah ni, kemren udah dihajar durian n rendang skg seafood, moga2 kolestrol gak ngamuk hehehe.
Menu yang dipesan kepiting, ikan kerapu, cumi dan yang bikin penasaran adalah sup sirip ikan hiu, karena setahu saya sirip ini dilarang untuk diperjual belikan, berbaik sangka sajalah, mungkin ini masih masuk kuota yang diijinkan pemerintah dan bukan perburuan liar.
Tampilan sup itu seperti sup asparagus / sup kepiting, secara rasa juga sama saja. Gak ada yanhgspesial. Harganya aja yang spesial. Dengan menu sebanyak itu dan yang makan hanya ber-empat, lumayan kenyang dan puas. Apalagi ikan kerapunya. Mantab. Kayaknya habis hampir 1 jutaan. Untung ditraktir 😛.
Selesai makan, saya request untuk beli oleh-oleh buat orang rumah. Ada tempat centra oleh-oleh di dekat hotel, namanya Mega Rasa. Segala macam makanan khas yang didominasi oleh durian ada disini, pancake durian, bolu kemojo, dodol durian, lempok dll. Ampun dah, bisa pusing makan durian terus hehe.
Anyway jalan jalan di Pekanbaru sebenarnua belum puas karena belum ke daerah wisata, tapi lumayan pernah sekali ke kota ini.
See you again Pekanbaru, Riau
* One way to understand the world is by travelling. Feel and enjoy it
Tidak ada komentar:
Posting Komentar