Rabu, 04 Januari 2017

Bekasi, My Second Hometown

Tak pernah sebelumnya di pikiranku akan pernah tinggal di kota ini. Saudarapun tak ada yang tinggal disini. Hanya karena mami besar dari sini lah akhirnya aku mengenal kota ini sejak tahun 2010.

Sementara ini aku belum punya rumah di kota ini. Tapi kalau ngontrak atau tinggal di rumah mertua ya pernah dan cukup sering.

Untuk sejarah dan kondisi kota ini aku gak akan berbicara terlalu banyak. Selain karena bukan asli orang sini, info lengkap bisa dilihat di sini : https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kota_Bekasi.

Kalau untuk daerah wisatanya bisa di cek disini : https://tempatwisataseru.com/tempat-wisata-di-bekasi-jawa-barat/. Jujur belum satupun daerah wisata itu sempat aku sambangi, selain karena kesibukan, tempatnya lumayan jauh dari tempat tinggal mertua di daerah wisma jaya bekasi timur.

Selain itu kondisi jalanan yang lekat dengan kemacetan setiap saat seringnya membuat malas aku dan keluarga untuk bepergian kalau hanya sekedar di lingkup wilayah bekasi saja. Nanggung, tidak sesuai antara effort dan budget yang dikeluarkan dengan hasil nya.

Kalau untuk refreshing di dalam kota ini kebanyakan hiburannya adalah di mal (shopping, kuliner, karaoke, bioskop). Selain itu ada pasar malam, alun2. Ada juga car free day di hari minggu. Tapi kebanyakan orang tetap prefer untuk shopping, sekedar eye shopping, nonton bioskop, atau bahkan hanya sekedar untuk nongkrong saja.

Lebih menjurus ke gaya hidup konsumtif sebenarnya kota ini. Hal ini disebabkan sebagian besar penduduk kota ini adalah pendatang yang bekerja di ibu kota. Yang memang sebagian besar waktunya habis bekerja di Jakarta dan sekitarnya. Begitu mereka gajian / punya uang, cara menikmatinya dengan cepat dan mudah ya belanja.

Aku sendiri sebenarnya agak kurang bisa menikmati hidup di kota ini. Waktu seakan berjalan terlalu cepat, orang2 sepertinya kurang juga bisa menikmati hidup disini. Waktu seakan habis di jalan karena kemacetan yang tak kunjung usai. Tua di jalan.

Coba rasakan saja, tiap pagi buta orang dari sekitaran jabodetabek termasuk bekasi ini berbondong2 menuju jakarta dengan berbagai access dan jenis transportasi. Motor (pribadi / ojek), mobil (pribadi, taxi, omprengan), bus (metromini, busway) angkot, bajaj dll tumplek blek di jalanan ibukota. Itu berangkatnya, belum pas sore hari pulangnya. Tambah parah.

Alternatif lain adalah dengan kereta commuter. Cukup menolong mengurangi waktu tempuh, tapi umpel2an gak jelas di dalam satu gerbong. Perlu fisik, mental dan kesabaran yang extra.

Kemacetan yang parah itulah yang mungkin menjadi alasan mengapa beberapa saat yang lalu bekasi menjadi viral di internet dikarenakan ada beberapa meme yang dibuat netizen yang mengatakan kalau mau ke bekasi itu harus muterin bulan dulu, atau jauhnya melebihi jarak bumi ke bulan dll.

Saking mungkin keselnya orang2 karena kota bekasi yang kalo dilihat di peta itu harusnya bisa ditempuh dalam waktu sejam saja naek motor / mobil. Bisa saja, karena aku sendiri pernah coba. Naek motor dari bekasi ke blok M itu cuma perlu waktu 1 jam. Jam 12 malam.😂. Gas pol tanpa rem. Kalau jam2 biasa apalagi jam sibuk. Coba aja, bisa 2 - 4 jam. Tergantung kondisi traffic jalanan.

Berangkat kerja dari bekasi itu harus siap gak lihat matahari di rumah. Berangkat setelah subuh masih gelap, pulang sore nyampe rumah bekasi udah bada isya. Setiap hari. Udah kaya robot.

Kembali lagi masalah kota Bekasi. Kota ini memang dari hari ke hari perkembangannya luar biasa, pembangunan di sana sini. Di satu sisi baik untuk perkembangan kota, di sisi lain menambah sumpeknya kota ini, mungkin akibat penataan kota yang kurang pas. Serta semakin membeludaknya pendatang dari daerah.

Masalah kuliner dan tempat wisata sejauh ini juga tidak ada yang benar2 khas kota ini. Hanya satu yang pernah aku dengar yaitu sayur ikan gabus atau sayur pucung. Jenis sayur ini nampaknya hanya terdapat di Bekasi saja. Seperti diketahui Bekasi tempo dulu terdiri dari rawa-rawa yang didalamnya terdapat ikan gabus. Sayur ikan gabus biasanya dimasak dengan menambahkan campuran pucung atau kluwek yang berwarna hitam dan memiliki aroma serta rasa yang khas.

Tak banyak lagi yang bisa aku ceritakan dari kota ini. Mungkin nanti mami yang lebih bisa bercerita secara besar dari kecil di kota ini. Tetapi terlepas dari segala kekurangannya, bekasi tetap menjadi rumah keduaku. Dimana kota ini juga menjadi saksi aku berjuang mencari nafkah dan di kota ini juga aku mengikatkan hati pada seorang wanita yang kini jadi istriku serta semua anggota keluarganya yang sekarang menjadi keluargaku juga.

"Maybe you can't choose where you'll live in, but you can choose what man you''ll be"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar