Rumah bagi saya adalah tempat ternyaman yang tidak bisa digantikan dengan tempat termewah sekalipun. Meski tanpa bermaksud memungkiri, rumah yang ditempati tidak memiliki fasilitas super lengkap yang membuat apa saja bisa dilakukan di dalam rumah.
Kehangatan anggota keluarga, lezatnya masakan ibu saya, tawa, canda, amarah tangisan yang semua tumpah ruah di dalam rumah itulah yang membuat saya enggan untuk beranjak
Tinggal di hotel berbintang lebih dari bintang 4 itu bukan barang baru untuk saya, kalau bicara fasilitas siapa juga akan setuju jika beberapa orang akan berpendapat merasa nyaman dengan fasilitas nomor 1.
Tapi bagi saya 3 hari saja sudah cukup untuk bisa nyaman dengan semua fasilitas serba ada tersebut, hari ke 4 dan seterusnya saya sudah rindu rumah yang biasa saja. Makanya saya setuju kalau ada lirik lagu " lebih baik disini rumah kita sendiri " , entah yang lain setuju atau tidak.
Saya belum pernah hidup merantau, mungkin itu yang membuat saya terlalu cinta dengan rumah orang tua saya, hidup selama 22 tahun dalam rumah orangtua saya sejak berumur 3 tahun menjadikan rumah orang tua saya sebagai salah satu bagian dari hidup saya. Makanya saat saya pergi meninggalkan rumah itu karena mentaati kewajiban saya sebagai seorang Istri, disitulah kali pertama hati saya terluka karena dipisahkan dari tempat ternyaman sepanjang 25 tahun saya hidup.
Sekarang, saya dengan keluarga kecil saya membangun sebuah kebahagiaan, membangun kehangatan keluarga didalam sebuah rumah yang sederhana. Rumah yang tidak bisa dibilang rumah milik sendiri, tapi setidaknya disinilah kami berbagi tawa, canda, amarah , bahagia dan airmata.
kalau dulu saya pernah jatuh cinta pada rumah orang tua saya, maka kali ini saya harus belajar mencintai rumah baru saya bersama suami dan anak saya, berharap suami dan anak saya pun akan merindukan saat saat kebersamaan dalam rumah ini.
Bahagia saya dalam rumah ini adalah ketika saya bisa mendengar suara motor suami saya dan melihatnya pulang bekerja masih dalam keadaan sehat dan matahari masih terang.
Bahagia saya dalam rumah ini adalah ketika saya bisa melihat suami dan anak saya dengan lahapnya menghabiskan masakan masakan saya yang mungkin rasanya hanya sekelas rumah makan pinggiran.
Bahagia saya dalam rumah ini adalah ketika saya, suami dan anak saya bisa saling tertawa, bercanda, menghabiskan waktu bersama meski hanya saling memeluk di atas kasur "pinjaman dari kantor".
Bahagia saya dalam rumah ini adalah ketika suami saya membangunkan saya dengan mengecup kening saya dan memeluk saya.
Bahagia saya dalam rumah ini adalah ketika suami dan anak saya berebut memeluk saya ketika mereka akan tidur.
Bahagia saya dalam rumah ini adalah ketika suami dan anak saya tidur dengan lelap meski kadang, saya harus tidur lebih larut menunggu mereka terlelap.
Masih banyak kebahagiaan kebahagiaan lainnya dalam rumah ini yang ternyata kesemuanya cenderung terjadi ketika kami bersama, iya ketika KAMI bersama. Saya, suami dan anak saya.
Rumah itu bukan seperti hotel, dimana kita hanya numpang tidur lalu bangun, numpang mandi dan ingin segera pergi menjalani aktivitas
Rumah itu bukan seperti restoran, dimana kita bisa makan , bayar lalu pergi begitu saja tanpa bercengkrama dengan seisinya
Rumah itu bukan hanya sebuah bangunan, mati dan tidak punya rasa.
Rumah juga punya JIWA, yaitu pada anggota keluarganya..
Pulanglah kerumahmu bukan karena sebuah keharusan untuk mengganti bajumu, membersihkan badanmu, lalu beristirahat dan akhirnya pergi lagi...
Pulanglah kerumahmu karena kamu ingin, karena kamu nyaman, karena kamu rindu, karena kamu akan mati jika tidak memeluk mereka yang menunggumu dengan penuh CINTA dirumah.
Untuk kamu yang masih mencari makna RUMAH sesungguhnya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar