Dulu saya beranggapan bahwa yg namanya jodoh adalah mereka mereka yg memiliki kesamaan 100% dalam menjalin sebuah hubungan.
Ya, sama sama suka bola, sama sama suka pedas, sama sama doyan nonton dan segudang kesamaan lainnya tanpa 1 pun yang beda.
6 tahun saya mengenal laki laki yang kini hampir 4 tahun menjadi suami saya, sejak awal saya sudah tahu bahwa sifat kami bagai bumi dan langit meskipun beberapa kesukaan kami sama.. dulu saya yakin dia jodoh saya karena orangtua saya , lalu disertai tanda tanya dalam hati karena menurut saya saat itu dia jauh dari kriteria atau tipe pria yg saya inginkan saat itu.
Sampai saat ini, salah paham dalam berkomunikasi atau menyampaikan apa yang kami rasakan masih sering terjadi. Awalnya saya berpikir sulit sekali tukar pikiran dengannya (mungkin itu juga yang suami saya pikir). Tapi lambat laun, seiring waktu ternyata kami belajar, belajar mengungkapkan perasaan kami, belajar memperbaiki komunikasi kami yg pada akhirnya membuat kami menjadi lebih paham siapa dan bagaimana pasangan kami..
Hampir setiap "pembicaraan serius" di bumbui emosi di awal awal usaha saling mengenal kami, sekarang emosi menipis berganti dengan deraian air mata hehe.. tapi entah setelahnya hati terasa lebih ringan dan yang paling penting kami sudah jujur tentang perasaan kami..
Dari ini saya belajar, bahwa berumah tangga bukanlah hanya untuk mereka yg memiliki berjuta kesamaan tapi ini juga tentang menerima bermilyar milyar perbedaan..
Saling mengerti, memahami dan memaafkan serta mengisi kekurangan ternyata itulah yang menguatkan cinta.
Kami belajar setiap hari memperbaiki emosi, memperbaiki komunikasi dan saling memahami ternyata pun mampu membuat kami lebih dewasa dalam bersikap.
Karenanya cinta bukan tentang kesamaan tapi cinta adalah tentang saling menerima, menguatkan dan memahami..
Terimakasih suamiku, telah menjadi Cinta selama 6 tahun bersamamu..
Teruslah kita belajar agar cinta semakin kuat :-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar